(Yesaya 6:1-8, Roma 8:12-17, Yohanes 3:1-17)
Like father like son, demikian kata pepatah yang berarti seperti apa anaknya itulah cerminan ayahnya. Benarkah selalu demikian ? Tentulah tidak, namun setidaknya pepatah itu menyadarkan kita betapa pola asuh orangtua akan membawa dampak terhadap anak-anaknya, baik ataupun buruk. Demikian pula sebaliknya, perilaku seorang anak akan membawa pengaruh bagi kehormatan orangtuanya. Masalah kehormatan dan harga diri inilah yang terkadang membawa orangtua memperlakukan anaknya sedemikian rupa dalam mendidik anaknya, agar tidak mempermalukan orangtua. Anak dikondisikan sedemikian rupa, suka atau tidak suka; yang penting tidak mengecewakan orangtua. Semua itu dibungkus dalam bahasa yang indah, untuk masa depan dan kebaikan anak itu kelak. Benarkah ? Semoga demikian. Namun harus disadari bahwa batas antara kebaikan anak dan kehormatan orangtua sangat tipis, setipis batas antara motivasi anak dan rasa kebanggan orangtua.
Jika demikian, apa artinya kalau kita disebut sebagai Anak Bapa ? Menjadi Anak Bapa berarti yang menjadi pusat dan sumber keberadaan dan hidup kita adalah Allah sendiri. Seperti yang Tuhan Yesus katakan pada Nikodemus……”manusia harus dilahirkan kembali” Dilahirkan kembali (Yunani: genestei anothen, harafiah= dilahirkan dari atas). Berarti, dilahirkan kembali mengandung pengertian bersumber dan bertumpu pada siapa hidup kita. Apa yang menjadi motivasi dan tujuan kehidupan ini (melaksanakan panggilan Allah ataukah sekedar mempertahankan hidup tanpa pemaknaan), itulah nilai yang mendasari segala kiprah kita dalam hidup ini.
Menjadi Anak Bapa (= Anak Tuhan) berarti kita membawa kehormatan Tuhan Sang Bapa kita. Bagaimana sosok Sang Bapa diekspresikan melalui kita yang disebut anak-Nya. Itu berarti dalam keberadaan kita sebagai Anak Bapa, terkandung karakter dan juga panggilan dari Sang Bapa kepada kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda Untuk Memperbaiki Kualitas Blog ini. Terimakasih. Tuhan memberkati.